Senin, 18 April 2011

Investigation the Role of Information Technology in Building Buyer

Paper ini membahas mengenai peran teknologi informasi di dalam meningkatkan biaya transaksi (transaction cost) antara buyer dan supplier dalam menciptakan pasar yang lebih terstruktur. Hal ini sering dikemukakan melalui penelitian yang menyeluruh melalui pandangan dari transaction cost theory (TCT). Tetapi kejelasan mengenai apa sebenarnya peran dari teknologi informasi masih belum jelas. Penelitian yang dilakukan dalam paper ini antara lain meneliti mengenai asosiasi antara biaya transaksi dan relationalism dan meneliti peran teknologi informasi yang menjadi perantara dalam hubungan ini.
TCT digunakan secara luas dalam mengintrepertasikan pertukaran yang terjadi antara buyer dan supplier. Solusi yang diajukan oleh TCT adalah menciptakan struktur antara buyers dan suppliers yang sesuai dengan lingkungan pertukaran yang ada.Keberadaan TCT menciptakan kesempatan untuk mengurangi biaya pertukaran dengan mengganti struktur yang ada. TCT lebih fokus ke transaksi individual, konsep dari relationalism merupakan contoh dari keseluruhan hubungan yang terjadi. Kemudian, relationalism dapat diintrepertaskan sebagai mekanisme yang terstruktur yang merefleksikan secara implisit hubungan yang open-ended untuk meradaptasi dengan lingkungan dan berkoordinasi untuk melakukan pertukaran yang aman.
Secara umum, biaya untuk memonitor dan mengontrol perilaku mitra bisnis (transaction cost) dalam upaya untuk mengatasi oportunisme yang potensial bertolak belakang dengan pemeliharaan hubungan yang berkesinambungan dalam hubungan tersebut (relationalism). Menurut Parkhe [1993], kerjasama dalam suatu aliansi berbanding terbalik dengan persepsi/pandangana perilaku oportunistik pada salah satu pihak mitra bisnis. Hal ini membuat penulis untuk membuat hipotesis pertama yaitu :
Hipotesis 1 :Perkiraan transaction cost dalam suatu hubungan transaksi akan berbanding terbalik dengan peningkatan relationalism dalam hubungan tersebut
Uncertainty dalam hubungan transaksi meningkatkan potensial terjadinya oportunisme, hal ini menyebabkan transaction cost meningkat. Kemudian IT merupakan mekanisme yang menjanjikan untuk mengurangi tingkat uncertainty ini , yaitu dengan meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi antarorganisasi. IT dapat menekan biaya koordinasi( meliputi biaya pertukaran informasi, menghubungkan informasi tersebut dalam proses pengambilan keputusan perusahaan, serta biaya yang timbul akibat adanya delay dalam penyampaian informasi). Penerapan IT antarorganisasi dapat dilakukan dalam bentuk : otomasi proses pertukaran, pemantauan proses yang lebih baik melalui tracking informasi, dan sharing basis data & aplikasi. Pemanfaatan IT seperti ini biasanya muncul dari perusahaan yang transaction cost-nya tinggi. Penerapan IT dalam hubungan transaksi ini dapat meningkatkan tingkat relationalism. Hal ini membuat penulis untuk membuat hipotesis kedua yaitu :

Hipotesis 2 : Pemanfaatan IT dalam suatu hubungan akan secara positif menjembatani hubungan antara transaction cost dan relationalism
Metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah metodologi penelitian survei dengan unit analisis hubungan buyer-supplier (pembeli-penjual). Data diperoleh dari pihak perusahaan pembeli (buyer). Sampel terbatas pada perusahaan manufaktur barang elektronik. Dan yang menjadi sampel adalah senior purchasing manager (diasumsikan sebagai orang yang paling paham atas hubungan perusahaan dengan supplier)
Kriteria yang ditentukan Senior Purchasing Manager untuk menentukan satu supplier antara lain adalah :
Supplier memasok komponen elektronik yang penting
– Perusahaan memiliki hubungan dengan supplier (tidak hanya membeli 1 kali)
– Pembelian barang dari supplier spesifik pada jenis barang tertentu (tidak bervariasi)
– Terdapat hubungan elektronik antara perusahaan dengan supplier (EDI, extranet, intranet, internet, etc)

Dari 1000 sampel awal yang dikumpulkan ada 2003 sampel yang memenuhi kriteria.
Transaction Cost diukur berdasarkan Pilling et al [1994] ,dimana transaction cost dibagi menjadi 4 dimensi pengukuran antara lain yaitu cost dalam membangun hubungan, cost dalam memonitor kinerja supplier , cost dalam mengatasi masalah yang muncul dalam hubungan dengan supplier dan cost yang ditimbulkan dari kecenderungan supplier mengambil keuntungan dari hubungan tersebut
Kemudian Relationalism diukur berdasarakan Heide and Miner [1992] ,dimana relationalism dibagi menjadi 4 dimensi pengukuran antara lain yaitu tingkat fleksibilitas hubungan, tingkat kerelaan dalam pertukaran informasi penting, tingkat pemecahan masalah secara bersama-sama dan tingkat pengendalian dalam penggunaan kekuatan/kekuasaan. Dan yang terakhir, pemanfaatan IT diukur berdasarakan Zuboff [1988] ,dimana pemanfaatan IT dibagi menjadi 3 dimensi pengukuran, antara lain yaitu otomasi aktivitas melalui IT, pemantauan interaksi melalui IT, dan pertukaran dan sharing basis data dan berkas-berkas.


Model struktural, seperti pada gambar di atas, merupakan metode yang ampuh untuk memeriksa efek langsung maupun tidak langsung, dan memungkinkan perkiraan hubungan antar construct. Melalui model tersebut, hasil yang didapatkan mengindikasikan relasi negatif antara transaction cost hasil perkiraan dengan relasionalisme (-0.42; p < 0.01), yang mendukung hipotesis pertama. Hipotesis kedua didukung oleh hubungan antara transaction cost dengan penggunaan IT (0.11, p < 0.05), seperti halnya hubungan penggunaan IT dengan relasionalisme (0.29, p < 0.01). Total efek tidak langsung dari IT terhadap hubungan IT dengan relasionalisme adalah positif dan signifikan. Hasil-hasil tersebut mengindikasikan bahwa dalam kondisi transation cost yang diperkirakan tinggi ada relasionalisme yang rendah pada hubungan pembeli-penjual.
Seperti dihipotesiskan, peranan IT dalam hubungan pembeli-penjual cukup menjanjikan. Penggunaan awal IT dapat dimotivasi oleh kebutuhan mengurangi transaction cost melalui investasi untuk automasi, pengawasan, dan sistem pertukaran informasi yang lebih baik. Walaupun demikian, penggunaan sistem-sistem tersebut dalam struktur bilateral hubungan pembeli-penjual mengarah pada penggunaan kontrol sosial dan relasional yang lebih besar.


Otoritas struktur antara pembeli dengan penjual dapat dikarakterisasikan menjadi siklus kompetitif dan kooperatif. Siklus kompetitif menggunakan argumen yang bersifat ekonomi sebagai frame hubungan pembeli-penjual. Sedangkan dari segi siklus kooperatif, situasi realisionalisme dalam hubungan pembeli-penjual merefleksikan aspek kontrol sosial. Keduanya saling bertentangan. Hasil-hasil penelitian ini menyarankan bahwa penggunaan IT dalam industri elektronik OEM memfasilitasi relasionalisme. Dari perspektif kompetitif, penggunaan IT dapat diinterpretasikan sebagai keputusan dalam rangka menyikapi transaction cost yang tinggi. Sistem IT dapat memfasilitasi pengawasan transaksi, dan memiliki dampak positif bagi relasionalisme.
Dari segi investasi IT, investasi IT yang nonspesifik memungkinkan pengurangan biaya koordinasi tanpa menambah resiko kepemilikan. Investasi IT yang seimbang memungkinkan peningkatan kemampuan investasi relasionalisme. Dengandemikian ada kesesuaian dengan hipotesis “move to the middle” di mana pembeli mengacuhkan keuntungan pasar untuk fokus pada hubungan yang lebih berkualitas dengan penjual.
Penelitian ini mengasumsikan bahwa relasi merupakan atribut positif yang dicari dari setiap hubungan. Hal ini dapat dikonfirmasikan dari dua sisi. Pertama, rekanan dapat memperoleh keuntungan melalui transaction cost yang rendah. Kedua, kekuatan semacam itu yang diperoleh berdasarkan kepercayaan memungkinkan rekanan untuk melakukan membagi pengetahuan dan melakukan aktivitas untuk menambah nilai yang bersifat value-added. Tetapi ada juga kekurangannya. Hubungan jangka panjang dapat menciptakan ketergantungan antar rekanan, dan kemungkinan timbulnya konflik. Melalui artikel ini, penulis mendorong dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai jenis dan peranan IT yang terlibat dalam hubungan pembeli-penjual.
Penelitian ini berusaha menjembatani celah antara prediksi dari teori transaction cost dengan orientasi hubungan pada lingkungan pembeli-penjual masa kini. Framework umum dari penelitian ini memberikan banyak kesempatan untuk dilakukan riset yang lebih jauh mengenai perkembangan mekanisme kompetitif dan kooperatif yang implisit pada model yang digunakan penelitian ini. Hal tersebut penting pada lingkungan di mana pilihan struktur kekuasaan dan efektivitasnya terus berada dalam kontrol pihak yang terlibat dalam hubungan yang terjadi, dan di mana relasi yang ada semakin kuat dengan meningkatnya kompetisi dan pertukaran pengetahuan antar perusahaan.www.mardiutomo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar